Pernah menonton sinema elektronik
(sinetron) yang dibuat oleh production
house di Indonesia ? apalagi kalau sinetron itu memiliki rating yang
tinggi? Apa yang anda rasakan ? Ya, ketika sinetron mulai mendapatkan rating
tinggi di kalangan penonton, maka yang terjadi adalah makin panjangnya sinetron
tersebut dan akan selalu muncul dinamika yang kadang membosankan hingga
akhirnya penonton mengalami kejenuhan.
Dalam bekerja dan melayani, maka
kita harus memiliki orientasi yang berbeda dengan sinetron. Ketika kita merasa
bahwa banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan dan hal itu seringkali
mengindikasikan peran kita di dalam pekerjaan, maka orientasi kita seharusnya
adalah mempercepat selesainya pekerjaan kita.
Bapak Management Modern
Pernah mendengar nama Peter
Drucker ? Dia adalah seorang pemikir dan penulis tentang management. Nama
lengkapnya adalah Peter Georg Ferdinand Drucker lahir di Vienna, Austria tahun
1909. Dia terkenal dengan sebutan Bapak Teori Management Modern. Salah satu
konsep yang sering dibahas dan menjadi rujukan banyak perusahaan di dunia
adalah konsep Management By Objectives (MBO). Konsep ini membantu banyak
perusahaan untuk merumuskan tujuan dan strategi perusahaan serta pengelolaan
perusahaan pada umumnya. Lebih lanjut lagi, dalam pelaksanaan MBO ia juga
mendorong digunakannya metode S.M.A.R.T. (Specific, Measurable, Achievable, Relevant,
Time-Oriented) dalam perumusan tujuan perusahaan yang awalnya diperkenalkan
oleh George T. Doran.
Dalam MBO, maka hal paling
penting dalam pengelolaan organisasi adalah semangat dan perhatian untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Pencapaian tujuan yang merupakan
parameter keberhasilan membuat pencapaian tujuan adalah sebuah parameter
keberhasilan. Oleh karena itu, MBO merupakan manajemen untuk meraih
keberhasilan (berupa target yang sudah ditentukan sebelumnya).
Apapun yang kita lakukan dalam
perusahaan, maka dasar dari semua pengelolaan perusahaan adalah tercapainya
rencana – rencana atau tujuan yang telah ditetapkan (the bottom line). Tanpa
pencapaian rencana yang telah ditetapkan, maka perusahaan akan terdorong ke
dalam kesulitan – kesulitan dalam menjamin keberlangsungannya. Oleh karena itu,
Peter Drucker merumuskan bahwa untuk menjamin keberlanjutan perusahaan, maka
rencana – rencana yang dirumuskan oleh perusahaan menjadi hal penting.
Get Things Done Corectly
Bagi kita sebagai karyawan,
mengerjakan pekerjaan dan tanggung jawabnya merupakan sebuah kewajiban. Namun
demikian, untuk mengerjakan pekerjaan kita harus selalu memiliki orientasi
untuk menyelesaikan pekerjaan. Artinya, dalam mengerjakan pekerjaan kita tidak
boleh hanya berfikir untuk mengerjakannya, namun memberikan sebuah manfaat dari
hasil pekerjaan yang sudah kita selesaikan kepada pihak yang lain.
Mengerjakan pekerjaan dan
menyelesaikan pekerjaan tentu sesuatu hal yang berbeda. Dalam mengerjakan
pekerjaan, kita tidak memiliki semangat untuk membuat pekerjaan itu bermanfaat.
Namun ketika menyelesaikan pekerjaan, seharusnya kita memiliki semangat dan
orientasi untuk membuat pekerjaan itu bermanfaat setelah kita menyelesaikannya.
Get things done correctly seharusnya menjadi semangat dalam
mengerjakan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita. Dalam
menyelesaiakan sebuah pekerjaan, maka kita dituntut untuk menyelesaikannya
secara benar, tidak hanya asal selesai. Membangun semangat dan orientasi kerja Get things done correctly tentu
membutuhkan konsistensi.
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.
Dalam melaksanakan tugas rutin
kita, maka seharusnya kita memiliki prinsip bahwa hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin. Ketika kita bisa mengerjakan pekerjaan lebih baik, lebih
banyak hari kemarin, maka hari ini seharusnya kita juga dapat mengerjakan lebih
cepat dan lebih baik lagi.
Prinsip ini pada akhirnya akan
bermanfaat tidak hanya bagi perusahaan, namun juga pada diri sendiri. Pernahkan
Anda menyaksikan perjalanan seorang atlit angkat besi dalam berlatih ? Pada awalnya beban yang
diberikan pasti masih terbilang ringan. Namun dengan beban tersebut, sang atlit
diajak untuk terus secara konsisten membangun kekuatan diri. Ketika esok hari
kembali berlatih, maka beban yang lebih berat akan dicobakan kembali terhadap
dirinya. Sang atlet akan terus diberikan beban yang semakin meningkat untuk membangun kekuatan dirinya. Dari hari
ke hari sang atlet akan terus berlatih dan mencoba hingga akhirnya nanti dia
akan berhadapan dengan kejuaraan yang sebenarnya.
Proses Vs Hasil
Apabila kita sebagai bagian dari
pengelola perusahaan dihadapkan pada satu kondisi harus memilih, maka mana yang
akan kita pilih, antara proses atau hasil ? Sebagian besar orang pasti
dihadapkan pada pilihan yang sulit. Selalu ada jawaban tambahan dari pilihan
yang dipilihnya. Ya, memang seharusnya begitu. Kita memilih proses ketika kita yakin
bahwa proses ini sudah benar, efektif dan efisien, serta tidak melanggar norma
– norma atau hukum yang ada. Begitu juga ketika kita memilih hasil, maka yang
ditambahkan adalah hasil yang telah melalui proses yang benar.
Oleh karena itu, tantangan untuk
memiliki orientasi pada keberhasilan adalah untuk merumuskan proses yang tidak
berbelit – belit, memastikan bahwa kita telah mengurangi resiko – resiko yang
ada, serta selalu menjaga semangat LEAN. Tanpa itu semua hasil yang kita raih
hanya akan menjadi bom waktu bagi kita semua.
|
Peter Drucker |
Namun diatas semua itu, maka hal
paling utama tentu saja keberhasilan meraih tujuan atau target yang telah
ditetapkan. Pencapaian target yang telah ditetapkan akan membantu menjaga
keberlangsungan perusahaan. Perusahaan tidak akan terjaga keberlanjutannya
apabila hanya melihat proses yang dilalui. Oleh karena itu, orientasi pada
keberhasilan membut kita akan terus menjaga tumbuh dan berkembangnya kita dan
perusahaan di masa yang akan datang.