Kamis, 14 Mei 2020

Karyawan Berorientasi Pada Keberhasilan


Pernah menonton sinema elektronik (sinetron) yang dibuat oleh production house di Indonesia ? apalagi kalau sinetron itu memiliki rating yang tinggi? Apa yang anda rasakan ? Ya, ketika sinetron mulai mendapatkan rating tinggi di kalangan penonton, maka yang terjadi adalah makin panjangnya sinetron tersebut dan akan selalu muncul dinamika yang kadang membosankan hingga akhirnya penonton mengalami kejenuhan.
Dalam bekerja dan melayani, maka kita harus memiliki orientasi yang berbeda dengan sinetron. Ketika kita merasa bahwa banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan dan hal itu seringkali mengindikasikan peran kita di dalam pekerjaan, maka orientasi kita seharusnya adalah mempercepat selesainya pekerjaan kita. 

Bapak Management Modern

Pernah mendengar nama Peter Drucker ? Dia adalah seorang pemikir dan penulis tentang management. Nama lengkapnya adalah Peter Georg Ferdinand Drucker lahir di Vienna, Austria tahun 1909. Dia terkenal dengan sebutan Bapak Teori Management Modern. Salah satu konsep yang sering dibahas dan menjadi rujukan banyak perusahaan di dunia adalah konsep Management By Objectives (MBO). Konsep ini membantu banyak perusahaan untuk merumuskan tujuan dan strategi perusahaan serta pengelolaan perusahaan pada umumnya. Lebih lanjut lagi, dalam pelaksanaan MBO ia juga mendorong digunakannya metode S.M.A.R.T. (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Oriented) dalam perumusan tujuan perusahaan yang awalnya diperkenalkan oleh George T. Doran. 

Dalam MBO, maka hal paling penting dalam pengelolaan organisasi adalah semangat dan perhatian untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Pencapaian tujuan yang merupakan parameter keberhasilan membuat pencapaian tujuan adalah sebuah parameter keberhasilan. Oleh karena itu, MBO merupakan manajemen untuk meraih keberhasilan (berupa target yang sudah ditentukan sebelumnya). 

Apapun yang kita lakukan dalam perusahaan, maka dasar dari semua pengelolaan perusahaan adalah tercapainya rencana – rencana atau tujuan yang telah ditetapkan (the bottom line). Tanpa pencapaian rencana yang telah ditetapkan, maka perusahaan akan terdorong ke dalam kesulitan – kesulitan dalam menjamin keberlangsungannya. Oleh karena itu, Peter Drucker merumuskan bahwa untuk menjamin keberlanjutan perusahaan, maka rencana – rencana yang dirumuskan oleh perusahaan menjadi hal penting. 


Get Things Done Corectly

Bagi kita sebagai karyawan, mengerjakan pekerjaan dan tanggung jawabnya merupakan sebuah kewajiban. Namun demikian, untuk mengerjakan pekerjaan kita harus selalu memiliki orientasi untuk menyelesaikan pekerjaan. Artinya, dalam mengerjakan pekerjaan kita tidak boleh hanya berfikir untuk mengerjakannya, namun memberikan sebuah manfaat dari hasil pekerjaan yang sudah kita selesaikan kepada pihak yang lain.

Mengerjakan pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaan tentu sesuatu hal yang berbeda. Dalam mengerjakan pekerjaan, kita tidak memiliki semangat untuk membuat pekerjaan itu bermanfaat. Namun ketika menyelesaikan pekerjaan, seharusnya kita memiliki semangat dan orientasi untuk membuat pekerjaan itu bermanfaat setelah kita menyelesaikannya.

Get things done correctly seharusnya menjadi semangat dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita. Dalam menyelesaiakan sebuah pekerjaan, maka kita dituntut untuk menyelesaikannya secara benar, tidak hanya asal selesai. Membangun semangat dan orientasi kerja Get things done correctly tentu membutuhkan konsistensi. 

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

Dalam melaksanakan tugas rutin kita, maka seharusnya kita memiliki prinsip bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Ketika kita bisa mengerjakan pekerjaan lebih baik, lebih banyak hari kemarin, maka hari ini seharusnya kita juga dapat mengerjakan lebih cepat dan lebih baik lagi. 

Prinsip ini pada akhirnya akan bermanfaat tidak hanya bagi perusahaan, namun juga pada diri sendiri. Pernahkan Anda menyaksikan perjalanan seorang atlit angkat  besi dalam berlatih ? Pada awalnya beban yang diberikan pasti masih terbilang ringan. Namun dengan beban tersebut, sang atlit diajak untuk terus secara konsisten membangun kekuatan diri. Ketika esok hari kembali berlatih, maka beban yang lebih berat akan dicobakan kembali terhadap dirinya. Sang atlet akan terus diberikan beban yang semakin meningkat  untuk membangun kekuatan dirinya. Dari hari ke hari sang atlet akan terus berlatih dan mencoba hingga akhirnya nanti dia akan berhadapan dengan kejuaraan yang sebenarnya. 

Proses Vs Hasil

Apabila kita sebagai bagian dari pengelola perusahaan dihadapkan pada satu kondisi harus memilih, maka mana yang akan kita pilih, antara proses atau hasil ? Sebagian besar orang pasti dihadapkan pada pilihan yang sulit. Selalu ada jawaban tambahan dari pilihan yang dipilihnya. Ya, memang seharusnya begitu. Kita memilih proses ketika kita yakin bahwa proses ini sudah benar, efektif dan efisien, serta tidak melanggar norma – norma atau hukum yang ada. Begitu juga ketika kita memilih hasil, maka yang ditambahkan adalah hasil yang telah melalui proses yang benar. 

Oleh karena itu, tantangan untuk memiliki orientasi pada keberhasilan adalah untuk merumuskan proses yang tidak berbelit – belit, memastikan bahwa kita telah mengurangi resiko – resiko yang ada, serta selalu menjaga semangat LEAN. Tanpa itu semua hasil yang kita raih hanya akan menjadi bom waktu bagi kita semua.

Peter Drucker
Namun diatas semua itu, maka hal paling utama tentu saja keberhasilan meraih tujuan atau target yang telah ditetapkan. Pencapaian target yang telah ditetapkan akan membantu menjaga keberlangsungan perusahaan. Perusahaan tidak akan terjaga keberlanjutannya apabila hanya melihat proses yang dilalui. Oleh karena itu, orientasi pada keberhasilan membut kita akan terus menjaga tumbuh dan berkembangnya kita dan perusahaan di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar